Sebuah Proses

Menjadi guru yang sejahtera memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak sekali proses dan perjuangan yang mesti dilalui. Miris sebenarnya jika mendengar keluh kesah para guru di berbagai platform internet, terlebih mereka yang telah puluhan tahun mengabdi namun masih saja menjadi tenaga honorer dengan imbalan yang tak seberapa.

Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa. Mengajar memang harus ikhlas dan dari hati nurani. Tapi bukan berarti kami dipandang sebelah mata. Bukannya tak bersyukur, namun nasi sudah menjadi bubur. Saya harus menjalankan apa yang telah menjadi pilihan saya sejak beberapa tahun silam. 

Di tengah bayang-bayang gaji guru honorer yang bikin miris, kemdikbud membuka beasiswa pendidikan profesi guru yang membuka angin segar bagi para guru honorer, khususnya fresh graduate yang masih terombang-ambing. Tak banyak pikir panjang, saya dan beberapa teman mendaftarkan diri. Melewati proses seleksi yang menggugurkan banyak pendaftar, alhamdulillah saya lolos. 

Dengan iming-iming sertifikat pendidik dan gelar guru profesional yang memudahkan peluang dalam seleksi ASN, saya berjuang dengan sepenuh hati. Melewati banyak hal demi mengikuti pendidikan lanjutan selama 1 tahun. Kembali mengenal orang baru yang kelak menjadi teman seperjuangan. Kembali terjun ke sekolah sebagai mahasiswa praktik. Upgrade diri menjadi lebih baik melalui kegiatan perkuliahan. Juga dengan tugas-tugas lain yang menumpuk.

Sudah lebih dari setengah jalan dilalui, butuh pengorbanan waktu, uang, tenaga, dan pikiran—walau tak sebanding dengan perjuangan para guru honorer yang telah mengabdi selama puluhan tahun. 

Banyak sekali harap yang dititipkan pada perjalanan ini; menjadi pendidik profesional yang mengantongi sertifikat pendidik dan tentunya diangkat menjadi ASN. Semoga, secepatnya.




 

Bangga bisa bersamamu kawan
Bangga bisa berjuang bersama
Berjuang dengan rasa bangga
PPG Uhamka

Posting Komentar

0 Komentar