Journey to Malang, Bali, Jogja (Part 4 - Jogja; Akhir Kebersamaan Kita)

Cerita sebelumnya;

Journey to Malang, Bali, Jogja (Part 3 - Bali)

-----

Hujan rintik mengiringi perjalanan kami menelusuri Jalan Nasional Bali Selatan yang menghubungkan antara Denpasar dengan Gilimanuk. Nuansa rumah penduduk khas bali masih terasa di sepanjang perjalanan. Puluhan bahkan mungkin ratusan pura di sekeliling jalan juga menghiasi perjalanan sore itu.

Memasuki Pelabuhan Gilimanuk cuaca masih saja hujan rintik. Tak terasa hari mulai gelap. Rombongan bus kami perlahan merapati bagian dalam kapal. Sesaat kemudian kami beranjak menuju dek atas yang menjadi ruang penumpang. Penyebrangan malam itu ditemani oleh rintik hujan dan desir angin yang menyejukkan.

Penyebrangan Ketapang - Gilimanuk.

"Gak terasa besok kita udah pulang ke Jakarta, ya." Ucap saya memulai pembicaraan di tempat terbuka depan ruang nahkoda.

"Kembali ke realita menjadi mahasiswa akhir. Laporan, penelitian, revisi, belum lagi yang nyambi kerja." Sahut Syahrul sambil menghembuskan kepulan asap dari rokok elektroniknya.

"Kalo dipikir-pikir ini terakhiran gak si? Kan gak mungkin ke depannya kita bisa begini lagi. Hampir 1 angkatan pergi bareng-bareng. Ngabisin banyak waktu di atas bus. Quality time sama temen seperjuangan selama 2 minggu di beberapa kota yang belum tentu bakal bisa terulang lagi." Balas saya sambil ikut membakar rokok lokal yang dibeli di Bali.

"Ke depannya kita bakal gimana, ya?" Tanya Syhrul penasaran.

"Let it flow aja lah ya. Usaha dan tawakkal." Jawab saya meyakinkan.

"Sekarang kita nikmati aja akhir dari perjalanan kita." Kata Syahrul sambil terburu-buru kembali ke ruang penumpang karena hujan semakin deras.

Obrolan malam itu cukup mellow. Kalau dipikir memang perjalanan selama hampir 2 minggu ini merupakan akhir cerita bersama teman seperjuangan. Sebelum kami semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Entah itu skripsi, revisi, karir, cinta, masa depan, dan segala tetek bengeknya.

Satu hal yang saya suka sepanjang perjalanan 2 minggu ini, saling berbincang membicarakan banyak hal dengan teman laki-laki yang jumlahnya tak banyak dalam 1 angkatan. Warna-warni kehidupan semuanya terluapkan. Berdiskusi dan saling tukar pikiran. Menghisap asap kenikmatan bersama-sama sambil ditemani kopi panas.

Tak terasa kapal yang kami tumpangi telah bersandar di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Segera kami melanjutkan perjalanan menuju kota terakhir sebelum kembali ke ibu kota, Yogyakarta. Malam itu full kami habiskan di atas bus. Berusaha memejamkan mata walau sesekali tetap terjaga. Melihat pemandangan dari sela-sela jendela yang tertutup gorden. Bisik-bisik obrolan malam pun juga terdengar.

Sekitar pukul 9 pagi kami tiba di daerah Madiun. Sejenak beristirahat dan membersihkan badan yang sudah beberapa hari ini terasa lengket. Mengisi perut dengan makanan yang itu-itu saja—nasi ayam sayur yang dicampur dengan sambal dan mie goreng. 

Beberapa jam berselang, kami tiba di Yogyakarta menjelang matahari terbenam. Kami beramai-ramai menyisir Jalan Malioboro yang menjadi ikon kota itu. Menyicipi jajanan kaki lima sambil menawar oleh-oleh yang dijajakan di sepanjang jalan. Santai sejenak sambil menikmati hiruk pikuk di titik 0 kilometer Yogyakarta. Sebenarnya hal seperti ini sudah biasa saya lakukan bersama keluarga. Namun untuk kali ini terasa begitu spesial karena dilakukan bersama teman seperjuangan.

Sebagian kelompok 11 KKN-Dik.

Sebagian Keluarga Haji Mukidi.

Senja di sudut Kota Yogyakarta.

Setelah matahari terbenam kami diarahkan untuk kembali ke bus. Melanjutkan perjalanan menuju Tasneem Hotel untuk melakukan gala dinner sambil menyaksikan pertunjukan sendratari ramayana.

"Nanti ketika menonton pertunjukan kalian semua harus fokus, jangan bengong. Sudah sering kejadian pengunjung datang menonton pertunjukan dalam kondisi bengong dan tidak fokus, akhirnya malah kesurupan."

Reminder dari salah satu dosen membuat kami agak waswas, terlebih bagi teman-teman yang sensitif dengan hal-hal mistis. Namun hal itu ternyata bisa kami sangkal. Pertunjukan sendratari ramayana malam itu berlangsung apik. Para pemain yang mengenakan pakaian khas itu menampilkan sebuah drama yang diselingi dengan tarian. Tampak sesekali mereka melakukan atraksi berlarian hingga melompat ke atap dan tembok bagian atas ruang pementasan. Kami begitu tertegun dengan pertunjukan yang berlangsung selama hampir 1 jam itu. Terlebih ketika para pemeran mulai bermain dengan api yang menyala. Setelah pertunjukan selesai pun banyak pengunjung—termasuk kami—yang ikut foto dengan para pemeran. Tidak ada hal yang menakutkan selama di sini. Justru kami begitu takjub dan menikmatinya.

Sendratari Ramayana.

 Salah satu adegan dengan api menyala.

Foto bersama salah satu pemeran.

Foto bersama pemeran Rama dan Shinta.

Puas menyaksikan pertunjukan sendratari, rombongan kami bergegas kembali ke dalam bus. Hampir tengah malam kami meneruskan perjalanan kembali ke ibu kota. Suasana di dalam bus malam itu begitu hangat. Menikmati akhir perjalanan selama 2 minggu ini dengan obrolan hangat dan canda tawa. Meresapi akhir kebersamaan ini sambil memutar alunan musik Sheila On 7.

"Bersenang-senanglah karena hari ini yang kan kita rindukan di hari nanti."

"Sampai jumpa kawanku, smoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasil untuk masa depan."

Kebersamaan terakhir di dalam bus.

Terlelap dalam keharuan, keesokan paginya iring-iringan bus kembali memasuki area parkir kampus. Perlahan kami turun dari bus sambil menenteng barang bawaan yang cukup banyak. Tak lama kemudian kami saling berjabat tangan. Berpelukan seraya sama-sama berharap untuk kelancaran dan kesuksesan pada jenjang kehidupan setelahnya; skripsi, penelitian, revisi, sidang, wisuda, karir, cinta, dunia kerja, dan segala macam perintilannya.

Dokumentasi terakhir.

Special thanks to:

  • Pimpinan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
  • Panitia, tour leader dan tour guide KKN-Dik dan Studi Pengembangan Wawasan PGSD 2023.
  • Perangkat desa dan seluruh warga Madiredo atas kebaikannya, terutama keluarga Pak Badar/Bu Zurufa, keluarga kecil Pak Muslimin, dan Mas Saiful yang setia memberikan effort untuk kami.
  • Sepuluh orang terakhir dari kelas H yang setia membersamai perjalanan selama hampir 2 minggu ini.
  • Kelompok 11 KKN-Dik yang telah bekerja sama dengan baik.
  • Teman laki-laki se-angkatan yang telah memberikan ruang untuk berdiskusi dan meluapkan seluruh perasaan yang ada.
  • Seluruh teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2019 yang sama-sama berjuang hingga titik ini.
  • Malang, Bali, Yogyakarta, dan seluruh kota di lintasannya yang memberikan banyak pelajaran dan kebersamaan.

Selesai.


Posting Komentar

0 Komentar