Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu yang biasa disingkat MRT merupakan salah satu transportasi umum yang ada di Jakarta. MRT baru saja diresmikan pada 24 Maret 2019 setelah melalui proses pembangunan yang cukup panjang. Saat ini MRT baru membuka layanannya mulai dari Bundaran HI sampai dengan Lebak Bulus melalui daerah-daerah seperti Dukuh Atas, Senayan, Blok M, Cipete, dan Fatmawati.
Pada 6 Februari kemarin saya berkesempatan untuk menjajal MRT Jakarta. Saya memulai perjalanan dari Stasiun MRT Dukuh Atas BNI. Untuk menuju Stasiun MRT Dukuh Atas BNI tidaklah sulit karena letaknya tak jauh dari Stasiun Sudirman. Kawasan ini merupakan kawasan Transit Oriented Development (TOD) yang mengintegrasikan beberapa transportasi umum seperti Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT), Commuter Line, Kereta Bandara, Transjakarta, dan Bus Kota Reguler.
Stasiun MRT Dukuh Atas BNI merupakan stasiun bawah tanah yang terdiri dari beberapa pintu masuk. Untuk menuju bagian dalam stasiun bisa melalui tangga maupun eskalator. Terdapat pula lift yang digunakan khusus untuk difabel, ibu hamil, dan lansia.
Sesampainya di bawah kita bisa langsung tap-in menggunakan uang elektronik (kartu bank) seperti JakLingko, E-Money, Brizzi, Tap Cash, Flazz, dan JakartaOne. Penumpang juga bisa menggunakan Kartu Single Trip ataupun Multi Trip yang bisa dibeli di loket. Saya sendiri menggunakan kartu single trip karena lupa membawa kartu bank.
Selanjutnya saya menuju ruang tunggu kedatangan MRT yang berada di lantai paling bawah stasiun. Jarak antar MRT yang satu dengan yang lain tidak terlalu jauh, sehingga waktu untuk menunggu kedatangan MRT tidaklah lama. Setelah menunggu sekitar 5 menit, MRT yang akan saya tumpangi akhirnya tiba.
Menurut saya, bepergian menggunakan MRT jauh lebih nyaman dibandingkan dengan menggunakan Transjakarta atau Commuter Line. Hal tersebut dikarenakan jumlah penumpang MRT tidak sebanyak penumpang Commuter Line maupun Transjakarta, sehingga terdapat banyak kursi yang kosong. Air Conditioner (AC) juga bekerja dengan baik sehingga udara yang dihasilkan cukup dingin. Kecepatan rata-rata juga lebih tinggi dan minim guncangan. Selain itu, desain kereta dan stasiun yang elegan juga membuat penumpang merasa lebih nyaman lagi.
Setelah kurang lebih 30 menit, saya tiba di Stasiun Lebak Bulus Grab. Stasiun ini adalah stasiun layang dan merupakan stasiun akhir dari perjalanan MRT. Tidak banyak penumpang yang naik dan turun dari stasiun ini karena kebanyakan penumpang naik dan turun di Stasiun Fatmawati.
Harapan saya, semoga ke depannya MRT bisa menjadi transportasi yang diminati banyak orang. Diharapkan pembangunan fase selanjutnya cepat selesai sehingga bisa menjangkau daerah lain yang kesulitan transportasi umum. Selain itu, dengan adanya MRT semoga masyarakat bisa sadar untuk menggunakan transportasi umum dan budaya masyarakat bisa berubah menjadi lebih baik lagi.
Stasiun Lebak Bulus Grab |
Harapan saya, semoga ke depannya MRT bisa menjadi transportasi yang diminati banyak orang. Diharapkan pembangunan fase selanjutnya cepat selesai sehingga bisa menjangkau daerah lain yang kesulitan transportasi umum. Selain itu, dengan adanya MRT semoga masyarakat bisa sadar untuk menggunakan transportasi umum dan budaya masyarakat bisa berubah menjadi lebih baik lagi.
0 Komentar