Prau Again; Pendakian Lintas Jalur

Setelah gagal menikmati keindahan Gunung Prau pada Desember 2018, akhirnya saya dan seorang teman kembali berkesempatan untuk mendaki Gunung Prau di pertengahan April 2019. Di pendakian kali ini kami memilih mendaki lintas jalur, yaitu naik via Patak Banteng dan turun via Dieng.

Perjalanan Menuju Wonosobo

Jumat, 19 April 2019
Untuk menuju Wonosobo, transportasi yang paling cepat dan murah adalah bus. Dari Cibinong kami memilih bus Sinar Jaya karena jam keberangkatannya paling sore dan harga tiketnya terbilang murah,  Rp103.000. Kami tiba di Terminal Mendolo Wonosobo pukul 06.45 setelah menempuh perjalanan sekitar 13 jam.

Suasana Terminal Mendolo pagi itu dipadati oleh para pendaki karena bertepatan dengan long weekend. Kebanyakan dari mereka akan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Prau, namun ada juga beberapa yang akan lanjut menuju Gunung Sumbing maupun Sindoro

Seperti perjalanan sebelumnya, untuk menuju Basecamp Patak Banteng masih harus dilanjutkan menggunakan minibus jurusan Dieng dengan tarif Rp25.000. Minibus ini akan melewati beberapa Basecamp Gunung Prau antara lain basecamp Patak Banteng, Kalilembu, dan berakhir di Dieng.


Basecamp Patak Banteng

Kami sampai di Basecamp Patak Banteng sekitar pukul sepuluh. Sambil menunggu waktu Sholat Jumat, kami mengurus simaksi terlebih dahulu lalu menghabiskan waktu dengan beristirahat dan mempersiapkan ulang perlengkapan yang dirasa kurang. 

Biaya simaksi per April 2019 adalah Rp15.000 per orang. Saat itu kami berdua membayar Rp35.000 sudah plus 2 buah trashbag. Itu berarti ada biaya tambahan Rp5.000 untuk 2 buah trashbag.

Basecamp Patak Banteng - Pos I  Sikut Dewo

Pendakian dimulai pukul 12.55 setelah sebelumnya melaksanakan kewajiban Sholat Jumat. Pendakian via Patakbanteng kali ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pendakian sebelumnya, bedanya di pendakian kali ini kami berharap pada semesta agar cuaca bisa bersahabat.

Seperti di pendakian sebelumnya, trek di awal pendakian adalah menaiki anak tangga lalu menyusuri jalanan berbatu. Perjalanan dari Basecamp ke Pos 1 membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

Pos I Sikut Dewo - Pos II Canggal Walangan

Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 2. Sepanjang perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 terdapat beberapa warung yang bisa digunakan untuk beristirahat. Trek menuju pos 2 didominasi oleh perkebunan warga dengan jalan yang menyempit dan cukup menanjak. Waktu yang dibutuhkan dari Pos 1 sampai dengan Pos 2 sekitar 40 menit.



Pos II Canggal Walangan - Pos III Cacingan

Trek dari Pos 2 menuju Pos 3 berupa hutan pinus dengan tanjakan yang cukup curam. Di sepanjang jalur hutan pinus ini cukup banyak pendaki yang beristirahat sambil mengabadikan momen dengan menggunakan kamera. Muncul pula obrolan ringan sesama pendaki. Beberapa di antara mereka ada yang berasal dari Depok. Wah, ternyata tetangga.



Pos III Cacingan - Pos IV Plawangan

Dari Pos 3 masih harus berjalan lagi untuk bisa sampai ke Puncak. Trek dari Pos 3 sampai dengan Puncak adalah trek yang paling berat dan cukup menguras tenaga. Beberapa menit sebelum Puncak terdapat Pos 4 Plawangan yang letaknya berdekatan dengan Puncak. 

Pos IV Plawangan - Puncak 2565 MDPL

Pukul 15.25 akhirnya kami tiba di Camping Ground Puncak 2565 MDPL. Itu berarti total pendakian memakan waktu 2,5 jam (sudah termasuk istirahat), terbilang lebih cepat dibanding dengan pendakian sebelumnya.


Puncak 2565 MDPL

Suasana puncak saat itu dipenuhi oleh tenda yang berwarna-warni. Cuacanya cukup bersahabat, pemandangan Gunung Sumbing - Sindoro terlihat jelas walau kadang tertutup kabut. Sore itu tak banyak aktivitas yang dilakukan selain bercengkrama dan menikmati pemandangan yang ada.



Pagi yang Cantik

Minggu, 21 April 2019
Udara dingin menyambut datangnya pagi itu. Sejak pukul 04.00 suasana puncak sudah diramaikan oleh obrolan para pendaki yang menunggu datangnya matahari. Cuaca pagi itu sangat bersahabat. Warna langit benar-benar cantik! Perpaduan antara warna merah, jingga, dan biru berpadu satu. Deretan gunung-gunung seperti Sumbing, Sindoro, Kembang, Merapi, dan Merbabu terlihat jelas.




Puncak 2565 MDPL - Telaga Wurung

Puas menikmati pemandangan, sekitar pukul delapan kami beranjak turun. Jalur turun yang kami pilih adalah Jalur Dieng. Untuk melalui Jalur Dieng, kami terlebih dahulu diharuskan menaiki bukit yang letaknya tak jauh dari Puncak. Pemandangan dari atas bukit tersebut sedikit berbeda, terlihat jelas kawasan Dataran Tinggi Dieng dan di kejauhan tampak Gunung Slamet berdiri dengan gagah.


Setelah rehat sejenak, perjalanan dilanjutkan dengan menuruni bukit tersebut. Hamparan sabana menyambut kami setelah menuruni bukit tersebut. Matahari saat itu sangat terik, mungkin karena efek berada di tengah sabana. Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak yang cukup banyak cabangnya. Cabang-cabang tersebut terbagi menjadi 2 jalur utama. Jika kita memilih lurus, maka kita harus naik turun bukit lagi. Sedangkan jika kita berbelok ke kanan, maka kita akan berjalan melewati pinggiran bukit. Nantinya kedua cabang ini akan bertemu di sekitar Telaga Wurung. Saat itu kami memilih berbelok ke kanan melewati pinggiran bukit karena jalurnya lebih landai.



Telaga Wurung - Puncak 2590 MDPL

Setelah berjalan sekitar 15 menit, kami tiba di Telaga Wurung yang saat itu banyak tenda berdiri di sana. Dari Telaga Wurung trek kembali menanjak menaiki bukit, dan ternyata itu adalah Puncak Gunung Prau dengan ketinggian 2590 MDPL. Kesimpulannya, Gunung Prau memiliki 2 puncak dengan selisih ketinggian yang tidak jauh berbeda. Jika kita naik via Patak Banteng, maka ketinggian puncaknya adalah 2565 MDPL. Sedangkan jika kita naik via Dieng, Kalilembu, ataupun Dwarawati, maka puncak tertingginya adalah 2590 MDPL.



Puncak 2590 MDPL - Pos III Nganjir

Perjalanan masih terus berlanjut. Untuk menuju Pos 3, kami harus berjalan menuruni perbukitan yang kiri kanannya adalah jurang. Dibutuhkan kehati-hatian untuk melewati trek tersebut.


Pos III Nganjir - Pos II Semendung

Dari Pos 3 menuju Pos 2 ada percabangan seperti huruf Y. Jangan sampai salah, percabangan ke kiri menuju Jalur Kalilembu, sedangkan percabangan ke kanan menuju Dieng. Karena niat kami lewat Dieng, maka kami ambil percabangan yang ke kanan. Kami juga sempat bertemu rombongan anak kecil yang kompak. Seragam mereka berwarna biru dan berjalan beriringan.


Beberapa menit selepas percabangan tersebut, kami memasuki kawasan Akar Cinta. Kawasan ini merupakan hutan pinus dengan akar-akar yang besar. Hampir sama seperti jalur Cacingan di Patakbanteng, namun bedanya Akar Cinta lebih landai. Di sepanjang Akar Cinta kami tidak menemukan pendaki lain, kami baru bertemu rombongan pendaki lain di sekitar Pos 2. Jalur Dieng memang terkenal lebih sepi dari Patakbanteng karena jalurnya memutar lebih jauh, walau begitu jalur ini lebih landai dan pemandangannya lebih menarik.



Pos II Semendung - Pos I Gemekan

Selepas Pos 2, trek kembali sepi, hanya ada beberapa pendaki lain yang terlihat. Setelah Pos 2 juga terdapat percabangan lagi. Cabang ke kiri adalah menuju Dieng, sedangkan cabang ke kanan menuju Dwarawati. Di sekitar Pos 1, vegetasi masih teduh dan rapat, terdapat pula tanaman-tanaman unik yang sebelumnya belum pernah saya lihat.



Pos I Gemekan - Basecamp Dieng

Perjalanan terus berlanjut tanpa istirahat karena hari semakin siang. Trek selepas Pos I berupa jalan setapak yang landai. Rimbunnya pepohonan membuat udara di siang itu menjadi tambah sejuk. Menjelang basecamp, kami melewati gapura selamat datang, lalu menyusuri jalan setapak di tengah perkebunan warga sampai dengan basecamp.



Basecamp Dieng

Kami tiba di basecamp sekitar pukul 10.40. Basecamp Dieng bisa dibilang lebih kecil daripada Basecamp Patak Banteng, namun karena pendaki yang lewat sini sedikit menjadikan basecamp ini terasa luas. Fasilitasnya masih terbatas, tidak ada warung makan, hanya ada toilet dan musholla. Di Basecamp Dieng sampah yang dibawa turun akan diperiksa oleh petugas, jika ketahuan ada sampah yang dilarang atau tidak sesuai dengan kesepakatan, maka akan dikenakan sanksi.



Perjalanan Pulang 

Dari Basecamp Dieng untuk menuju Terminal Mendolo bisa menggunakan minibus dari Jl. Raya Dieng, tepat di depan tembok Welcome To Dieng dengan tarif Rp25.000. Sedangkan dari Terminal Mendolo untuk tujuan ke berbagai wilayah di Jabodetabek ada banyak pilihan bus dengan harga tiket yang beragam. Saran dari saya, bus yang paling recomended adalah Murni Jaya. Tiket untuk tujuan Jabodetabek berkisar sekitar Rp90.000, harga murah dengan pelayanan yang baik.


Rincian Biaya

1. Bus Sinar Jaya Cibinong-Wonososbo: Rp103.000
2. Minibus Wonosobo-Patakbanteng: Rp25.000
3. Simaksi: Rp15.000
4. Logistik dan total biaya makan plus jajan: Rp120.000
5. Minibus Dieng-Wonosobo: Rp25.000
6. Bus Murni Jaya Wonosobo-Cibinong: Rp90.000
Totalnya = Rp378.000

Catatan

- Sebaiknya membawa uang lebih untuk biaya tak terduga, disesuaikan saja dengan kebutuhan.
- Ketika sampai di Dieng ada baiknya mengunjungi tempat wisata yang ada di sana, tetapi pastinya dengan dana yang lebih banyak lagi.
- Selalu menjaga kebersihan dan ketertiban umum.

Posting Komentar

0 Komentar