Refreshing Naik Kereta Api ke Rangkasbitung

Beberapa waktu lalu Saya, Faldo, dan Acong sepakat untuk jalan-jalan ke daerah Rangkasbitung. Niat kami hanya sekedar refreshing bolak-balik naik kereta. Untuk menuju Rangkasbitung kami sepakat memilih naik Kereta Api Rangkas Jaya. Sebenarnya tidak hanya KA Rangkas Jaya yang melayani jalur Jakarta - Rangkasbitung, tetapi ada beberapa pilihan lain seperti KA Lokal Ekonomi, KA Patas Merak, KA Kalimaya, dan KA Krakatau.

Senin, 7 Maret 2016
Saya berangkat dari Bojong Gede sekitar pukul 06.00 untuk menuju Tanahabang yang dijadikan sebagai titik kumpul kami. Saya sempat dibuat kesal karena KRL Commuter Line yang saya tumpangi dari Bojonggede menuju Tanahabang mogok di stasiun Pasar Minggu.
KRL mogok

Membludak karena gangguan

Kami bertiga baru bisa berkumpul di stasiun Tanahabang hampir pukul 08.00 karena gangguan tadi. Untungnya saat itu Faldo sudah membeli tiket terlebih dahulu. Setelah adegan berlari, kami bertiga bisa masuk ke dalam KA Rangkas Jaya dan tak lama kemudian kereta diberangkatkan setelah klakson panjang dibunyikan.
Tiket untuk bertiga

KA Rangkas Jaya pada hari itu telat sekitar 15 menit dari jadwal. Kereta baru bisa diberangkatkan sekitar pukul 08.15. Sepanjang perjalanan, KA Rangkas Jaya hanya berhenti di stasiun Tigaraksa dan stasiun akhir Rangkasbitung.

Selepas stasiun Tanahabang kereta api yang kami tumpangi membelah pemukiman padat penduduk. Baru selepas stasiun Serpong pemandangan di kiri dan kanan kereta mulai memikat hati. Jendela kereta selalu berubah, benar sekali, hutan, sawah, lembah, sungai, dan tikungan kami lalui. Gunung dan bukit yang jauh di sana terlihat dari dalam kereta ini. Saat itu penumpang tidak terlalu banyak sehingga kami bertiga bisa menguasai beberapa kursi. Selepas Parung Panjang, kereta menurunkan kecepatan karena di daerah tersebut banyak tikungan tajam. Tak lama kemudian akhirnya kereta tiba di stasiun Tigaraksa.

Stasiun ini merupakan salah satu stasiun dengan jumlah penumpang terbanyak di jalur Jakarta - Maja - Rangkasbitung. Ada beberapa perbedaan yang terlihat di Stasiun Tigaraksa yang sekarang dengan Stasiun Tigaraksa 8 bulan yang lalu. Stasiun Tigaraksa yang sekarang sudah ada 2 peron baru yang memadai dan jalur 1 sudah bisa dipakai.

Berangkat Tigaraksa suasana luar kereta menggambarkan kehidupan sederhana khas pedesaan. Stasiun Maja telah dilewati. Kiri dan kanan jendela menampakkan pelosok Kabupaten Lebak yang sempat menjadi daerah tertinggal. Beberapa menit kemudian, denyut kehidupan mulai terasa, suasana pemukiman mulai terlihat, dan akhirnya kami tiba di stasiun Rangkasbitung.
On board KA Rangkasjaya

Daerah Parung

Nikung!!!

Jendela kereta api selalu berubah

Proyek double track Citeras

Commuter Line Maja

Stasiun Tigaraksa

Peron baru

Stasiun Rangkasbitung

Mantap!!!

Sesampainya di stasiun Rangkasbitung, kami keluar menuju Alun-alun Rangkasbitung. Kami berjalan kaki menuju perlintasan yang berada di barat stasiun. Tak jauh dari perlintasan ada sebuah mall kecil yang hanya memiliki 1 lantai, Rabinza namanya (Rangkasbitung Indah Plaza). Kami sempat masuk ke dalam untuk sekedar mencari hawa dingin dari AC mall. Keluar dari mall kami berjalan lagi ke alun-alun. Sebelum lampu merah pertama, kami makan bubur untuk sekedar mengganjal perut. Suasana jalanan di Rangkasbitung tidak terlalu ramai, berbanding terbalik dengan suasana jalanan di Jakarta. Di persimpangan lampu merah pertama, kami belok kanan (arah barat) dan menyusuri jalan tersebut sampai bertemu Jalan Multatuli. Di persimpangan Multatuli kami belok kiri menuju ke selatan dan akhirnya tiba di alun - alun Rangkasbitung. Saat itu alun - alun ramai oleh anak sekolah yang sedang berolahraga.
No caption

Mantap!!!

Jalan Multatuli

Masjid Agung Al A'Raaf

Dari alun - alun kami menuju Masjid Agung Al - A'Raaf yang berada di dekat alun - alun. Di sini kami hanya beristirahat (tiduran) di aula masjid yang terletak di lantai 1. Masjid ini cukup bagus untuk desain luarnya. Di aula masjid juga banyak orang yang tidur berbaring. Setelah 30 menit beristirahat kami memutuskan untuk kembali ke stasiun dengan menumpang angkot. Sesampainya di stasiun, kami hanya membeli tiket dan kembali mencari makan. Nasi padang adalah pilihan kami karena di dekat stasiun makanan tidak begitu banyak dibandingkan alun - alun. Sebenarnya di Jalan Multatuli ada kedai Mie Ayam Awi yang menyediakan mie ayam dengan warna yang unik, tapi kami tidak makan di sana karena angkot yang kami naiki tidak lewat. Selain itu, di samping SMAN 1 ada Istana Pasta, lagi - lagi kami tidak makan di sana karena kami tidak lewat SMAN 1 walaupun dekat alun - alun. Setelah kenyang menyantap nasi padang, kami kembali ke stasiun. KA Lokal Ekonomi sudah tersedia di jalur 2 tapi kami menunaikan sholat zuhur terlebih dahulu di musholla stasiun.
Loket stasiun

Livery yang akan hilang

Kondisi kereta rakyat Banten

Kondisi kereta rakyat Banten (2)

Jendela terbuka

KA Lokal Ekonomi meninggalkan stasiun Rangkasbitung tepat pukul 13.00 sesuai dengan jadwal. Kami dapat tempat duduk di tempat yang seadanya dan dengan udara yang panas. Kondisi kereta full penumpang membuat AC split hanya mengeluarkan udara hangat. KA Lokal Ekonomi berbeda dengan KA Rangkas Jaya walaupun tarifnya sama - sama Rp5.000 dan sama - sama ber-AC. KA Lokal Ekonomi berhenti hampir di semua stasiun, sedangkan KA Rangkas Jaya hanya berhenti di Tigaraksa. Selain itu, KA Lokal Ekonomi kuota penumpangnya 150%, sedangkan Rangkasjaya tidak boleh lebih dari 100%. Kembali ke cerita, kereta berjalan dengan kecepatan normal. Setelah berhenti di Citeras dan Maja kami mulai merasa tidak betah karena udara sangat panas. Kedua teman saya menuju pintu untuk mencari angin, saya beberapa kali tertidur. Baru setelah berangkat dari Kebayoran saya mencoba mencari angin di pintu dan menuju ke depan, ternyata Kereta Makan Pembangkit, cukup sempit namun ada jendela terbuka dan banyak angin. Pemandangan perkotaan mulai terlihat. Kawasan kumuh antara Palmerah - Tanahabang telah dilewati. Tak lama kemudian kami tiba di stasiun Duri pukul 15.25, telat 10 menit dari jadwal. Cukup lelah memang, tapi lumayan bisa jalan - jalan melepas kepenatan.

Dokumentasi perjalanan menuju Rangkasbitung, 7 Maret 2016. Difoto menggunakan action camera dan kamera handphone lenovo.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. lah demi apa cuma ber tiga... kirain banyak yang ikut wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo bertiga aja asik, kenapa harus banya????

      Hapus