Foto di atas diambil beberapa jam sebelum menembus kabut di tengah belantara.
Selepas menikmati sore di pinggir laut, kami kembali ke Nyalindung—daerah pinggir kota. Walau sama-sama di Sukabumi, namun perjalanan dari Ujung Genteng sampai dengan Nyalindung memakan waktu hampir 5 jam dengan jarak tempuh sekitar 100 km.
Medan jalan yang berliku-liku di tengah belantara dengan tanjakan dan turunan curam senantiasa menemani perjalanan di malam itu. Tidak adanya lampu penerangan ditambah jarangnya berpapasan dengan pengendara lain cukup membuat bulu kuduk berdiri.
Belum lagi kabut tebal di lintas Puncak Buluh yang mengganggu penglihatan. Juga jalan rusak dan berlumpur di petak Jampang Tengah hingga Purabaya. Hebatnya, beberapa kali saya melihat truk-truk besar melewati jalan tersebut—walau beberapa di antaranya terlihat menunggu kubangan kering.
Terakhir, kami masih harus melewati jalan rusak akibat longsor dan pergeseran tanah yang terjadi di Pasir Salam sebelum akhirnya tiba di Nyalindung.
Dan lagi-lagi harus saya katakan bahwa infrastruktur di negeri ini masih belum merata, bahkan tak menjangkau daerah yang letaknya tidak begitu jauh dari Ibukota. Lalu, apa artinya merdeka?
Sukabumi, Agustus 2020
0 Komentar