Stasiun Bogor Kala Itu

Udara sejuk menyambut kedatangan saya di stasiun commuter line paling ujung selatan. Benar saja, awan di atas Stasiun Bogor siang itu sedang menghitam, pertanda sebentar lagi hujan turun. Maklum, stasiun ini terletak di sebuah kota dengan intensitas hujan yang tinggi. 


Stasiun Bogor siang itu tampak sepi. Aktivitas naik turun penumpang tidak terlihat. Dari stasiun ini, Lereng Gunung Salak terlihat jelas, sedangkan puncaknya tertutup awan. Pemandangan yang menyejukkan mata.


Tak lama, hujan turun sangat deras. Untungnya saat itu belum jam sibuk pulang kantor. Kalau saja hujan terjadi saat jam pulang kantor, pasti banyak penumpang yang harus basah-basahan. Sangat disayangkan, stasiun besar seperti ini hanya mempunyai atap di peron 1 sampai 3, sedangkan peron lain belum memiliki atap dari jaman baheula. Konon katanya, Stasiun Bogor sengaja tidak dibangun atap agar pemandangan Gunung Salak bisa terlihat.

Setengah jam berlalu, hujan pun mulai reda. Kereta Api Pangrango tujuan Sukabumi memasuki jalur 5. Tak lama kemudian, Commuter Line yang saya naiki di jalur 2 meninggalkan stasiun Bogor dan sisa-sisa hujan siang itu.


Posting Komentar

0 Komentar