Cerita ini berawal ketika saya dan teman-teman sekolah merasa bosan karena libur berminggu-minggu setelah Ujian Nasional (UN). Berkali-kali kami merencanakan liburan, tapi sayangnya hanya menjadi omong kosong. Akhirnya setelah banyak wacana, keputusan finalnya kami akan berlibur ke Sukabumi dalam waktu seharian. Kami sepakat berangkat tanggal 25 Mei 2015 menggunakan kereta api. Awalnya hampir setengah kelas yang mau ikut, tetapi pada akhirnya hanya 9 orang saja.
21 Mei 2015
Empat hari sebelum keberangkatan, beberapa orang dari kami pergi ke Stasiun Bogor Paledang untuk memborong tiket Kereta Api (KA) Pangrango. Sedikit informasi, KA Pangrango adalah kereta api yang melayani rute Bogor - Sukabumi. Terdiri dari kelas ekonomi dan eksekutif. Tiket KA Pangrango kelas ekonomi cukup murah, hanya Rp20.000, sedangkan tiket kelas eksekutif tarifnya sebesar Rp50.000. Tetapi karena kami semua adalah pelajar dengan budget minim, kami memutuskan untuk membeli tiket kelas ekonomi, hehehe.
Kembali ke cerita, setelah selesai borong tiket kami menyempatkan untuk keliling sekitar Stasiun Bogor. Menikmati suasana Kota Bogor sambil bermusyawarah akan berkunjung ke mana saja selama di Sukabumi. Kesepakatannya, kami akan berkunjung ke Selabintana, tetapi rencana tersebut bisa saja berubah tergantung kondisi nanti.
KA Pangrango relasi Bogor–Sukabumi |
Borong tiket |
25 Mei 2015
Tepat pukul 06.00 saya berangkat ke Stasiun Bojong Gede yang dijadikan titik kumpul. Di sana sudah ada Acong yang menunggu saya. Sedangkan teman-teman yang lain masih di KRL dan baru saja berangkat Stasiun Pasar Minggu, masih jauh cuy. Setelah lama menunggu, akhirnya kami berkumpul dan melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Bogor. Pasukan terdiri dari Saya, Acong, Maman, Alfi, Farid, Rendy, Fajri, dan Andy. Tak tersadarkan ternyata masih ada 1 teman yang tertinggal. Ya, Faldo terlambat dan tidak memberi kabar sama sekali. Kami sepakat untuk menunggu Faldo di Stasiun Bogor
Sesampainya di Stasiun Bogor kami langsung menuju Stasiun Bogor Paledang yang letaknya di sebelah selatan Stasiun Bogor untuk menunggu Faldo di sana. FYI, Stasiun Bogor dengan Stasiun Bogor Paledang itu berbeda. Stasiun Bogor hanya melayani keberangkatan KRL, sedangkan Stasiun Bogor Paledang adalah stasiun yang melayani naik turun penumpang untuk tujuan Sukabumi.
Cukup lama menunggu di Stasiun Bogor Paledang, keadaan menjadi tidak tenang karena Faldo tak kunjung datang. Petugas stasiun pun mempersilahkan kami untuk menunggu di dalam kereta karena sebentar lagi kereta akan berangkat. Cobaan lain pun datang, Andy lupa bawa kartu identitas yang menjadi syarat untuk boarding pass, otomatis dia tidak boleh masuk ke dalam kereta. Setelah negosiasi dan berargumen, akhirnya petugas memaklumi dan Andy bisa masuk ke dalam kereta. Alhamdulillah...
"Jalur 1 Kereta Api Pangrango tujuan akhir Stasiun Sukabumi persiapan diberangkatkan. Bagi para penumpang yang masih berada di luar rangkaian kereta dipersilahkan untuk naik."
Kereta akan diberangkatkan, tetapi Faldo baru saja memberi kabar kalau ia masih di KRL. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.55 yang merupakan jam keberangkatan kereta. Dengan risau, Rendy dan beberapa teman lainnya menunggu Faldo di pintu. Kondektur kereta sudah siap membunyikan peluit sebagai tanda aman kereta diberangkatkan. Untungnya, beliau memahami keadaan kami yang sedang menunggu Faldo.
Sudah hampir 10 menit menunggu, akhirnya Faldo memunculkan batang hidungnya juga. Ia tampak berlarian dari kejauhan dan langsung mendekat ke arah stasiun. Setelah proses boarding pass selesai, ia langsung berlari masuk ke arah kami. Tiupan panjang peluit kondektur yang disahut dengan klakson lokomotif memulai perjalanan di hari itu. Ya, ketika Faldo naik kereta langsung berangkat. Sungguh, kami harus berterima kasih kepada bapak kondektur dan seluruh petugas yang bisa memaklumi kejadian itu.
"Gila, pas turun KRL gue langsung lari-larian sampe sini. Hadeuhh." Faldo mengeluh.
"Lo sih lagian ngaret." Rendy menambahkan
Obrolan demi obrolan menemani perjalanan kami di pagi itu. Sambil membuka bekal makanan yang dibawa, kami menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Perjalanan pagi itu penuh dengan canda tawa. Beruntungnya penumpang di sekitar kami tidak merasa terganggu, beberapa malah ikut tertawa. Kami juga sempat ngobrol dan foto bersama bapak kondektur yang baik hati, namun sayang filenya hilang.
Tak terasa, setelah 2 jam perjalanan kami tiba di Sukabumi. Anehnya kereta bisa tiba tepat waktu pukul 09.59, padahal berangkatnya terlambat. Alhamdulillah...
Sesampainya di Stasiun Bogor kami langsung menuju Stasiun Bogor Paledang yang letaknya di sebelah selatan Stasiun Bogor untuk menunggu Faldo di sana. FYI, Stasiun Bogor dengan Stasiun Bogor Paledang itu berbeda. Stasiun Bogor hanya melayani keberangkatan KRL, sedangkan Stasiun Bogor Paledang adalah stasiun yang melayani naik turun penumpang untuk tujuan Sukabumi.
Cukup lama menunggu di Stasiun Bogor Paledang, keadaan menjadi tidak tenang karena Faldo tak kunjung datang. Petugas stasiun pun mempersilahkan kami untuk menunggu di dalam kereta karena sebentar lagi kereta akan berangkat. Cobaan lain pun datang, Andy lupa bawa kartu identitas yang menjadi syarat untuk boarding pass, otomatis dia tidak boleh masuk ke dalam kereta. Setelah negosiasi dan berargumen, akhirnya petugas memaklumi dan Andy bisa masuk ke dalam kereta. Alhamdulillah...
"Jalur 1 Kereta Api Pangrango tujuan akhir Stasiun Sukabumi persiapan diberangkatkan. Bagi para penumpang yang masih berada di luar rangkaian kereta dipersilahkan untuk naik."
Kereta akan diberangkatkan, tetapi Faldo baru saja memberi kabar kalau ia masih di KRL. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.55 yang merupakan jam keberangkatan kereta. Dengan risau, Rendy dan beberapa teman lainnya menunggu Faldo di pintu. Kondektur kereta sudah siap membunyikan peluit sebagai tanda aman kereta diberangkatkan. Untungnya, beliau memahami keadaan kami yang sedang menunggu Faldo.
Sudah hampir 10 menit menunggu, akhirnya Faldo memunculkan batang hidungnya juga. Ia tampak berlarian dari kejauhan dan langsung mendekat ke arah stasiun. Setelah proses boarding pass selesai, ia langsung berlari masuk ke arah kami. Tiupan panjang peluit kondektur yang disahut dengan klakson lokomotif memulai perjalanan di hari itu. Ya, ketika Faldo naik kereta langsung berangkat. Sungguh, kami harus berterima kasih kepada bapak kondektur dan seluruh petugas yang bisa memaklumi kejadian itu.
"Gila, pas turun KRL gue langsung lari-larian sampe sini. Hadeuhh." Faldo mengeluh.
"Lo sih lagian ngaret." Rendy menambahkan
Obrolan demi obrolan menemani perjalanan kami di pagi itu. Sambil membuka bekal makanan yang dibawa, kami menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Perjalanan pagi itu penuh dengan canda tawa. Beruntungnya penumpang di sekitar kami tidak merasa terganggu, beberapa malah ikut tertawa. Kami juga sempat ngobrol dan foto bersama bapak kondektur yang baik hati, namun sayang filenya hilang.
Tak terasa, setelah 2 jam perjalanan kami tiba di Sukabumi. Anehnya kereta bisa tiba tepat waktu pukul 09.59, padahal berangkatnya terlambat. Alhamdulillah...
Stasiun Sukabumi |
Sesampainya di Stasiun Sukabumi, ada banyak sopir angkot yang menawarkan jasa carter wisata. Saat itu kami sepakat ke Selabintana dengan tarif carter Rp150.000 (biaya pulang pergi). Beruntung sekali, sopir angkot yang kami tumpangi baik hati dan bersahabat. Beliau bernama Bapak Ade (0856-5949-1075). Dengan senang hati beliau menjelaskan wisata apa saja yang ada di Sukabumi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol dari kami seputar Sukabumi. Referensi wisata yang diberikaan Pak Ade antara lain Pondok Halimun, Situ Gunung, Ujung Genteng, Geopark Ciletuh, dll. Namun untuk menuju Ujung Genteng dan Geopark Ciletuh membutuhkan waktu yang sangat lama dari Kota Sukabumi.
Sekitar 20 menit kemudian kami tiba di Selabintana. Untuk masuk ke kawasan ini kami diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp5.000. Sebenarnya biayanya lebih mahal, tapi karena Pak Ade kenal dengan petugasnya, kami diberi potongan harga. Aihh, baik banget si bapak.
Pintu masuk Selabintana |
Selabintana merupakan salah satu kawasan wisata di Kota Sukabumi. Di tempat ini terdapat hotel, kolam renang, dan pepohonan yang membuatnya tambah cantik. Hampir mirip dengan Kebun Raya Bogor, bedanya di Selabintana udaranya lebih segar dan diapit pegunungan.
Saat kami berkunjung ke Selabintana hanya terdapat beberapa pengunjung. Hal ini kami manfaatkan untuk bermain sepuasnya. Awalnya kami berjalan terus ke arah atas mengikuti alur pepohonan. Dan di ujung sana ternyata merupakan best view yang bisa melihat pemandangan sekitar. Terlihat perbukitan dan perkebunan yang hijau. Nikmatnya.
Gaya tidak jelas hahaha |
Best view. In frame: Rendy |
Asal jepret |
Kami kembali turun melewati jalan yang berbeda dan melihat ada aliran sungai kecil. Airnya yang jernih dan dingin membuat kami tak tahan untuk membasahi kaki di sana. Brrr...
Aliran sungai kecil |
Niat kami selanjutnya adalah berenang di kolam renang dengan biaya Rp10.000. Saat itu hanya ada rombongan kami di kolam renang, berasa kolam renang pribadi. Kolam renangnya cukup simple, hanya terdiri dari 1 kolam yang dilengkapi dengan perosotan sederhana. Walau begitu, udara dan airnya yang dingin membuat kami betah berlama-lama.
Sekitar pukul 12.40 kami bergegas untuk pulang karena pengunjung kolam renang semakin banyak. Tujuan kami selanjutnya adalah makan siang di Rumah Makan Mamih Ungu atas rekomendasi Pak Ade. Rumah makan ini menyediakan menu yang unik dan beragam. Penataan dekorasi dan suasananya juga menarik. Saat itu kami memesan nasi uduk ungu dengan harga Rp20.000.
Nasi Uduk Ungu |
Berhubung kami masih mempunyai banyak waktu, Pak Ade mengajak kami keliling kota. Menikmati suasana Sukabumi yang udaranya lumayan sejuk. Melewati pusat-pusat keramaian yang tidak jauh berbeda dengan kota kecil lainnya.
Sesampainya di stasiun, ternyata KA Pangrango belum tersedia. Jadilah Pak Ade menawarkan bongkahan batu cincin miliknya. Banyak dari kami yang tertarik dan mulai memilih batu yang dirasa bagus.
Sekitar pukul 15.20 KA Pangrango yang akan membawa kami kembali ke Bogor tiba. Proses jual-beli batu cincin otomatis selesai. Kami pamit berterima kasih kepada Pak Ade dan memohon doa supaya kami bisa lulus ujian nasional dengan nilai yang memuaskan. Tak lupa kami juga foto bersama Pak Ade sebagai kenang-kenangan walau pada akhirnya foto itu hilang dari kameranya Rendy, hadeuhh.
Foto sebelum pulang (1) |
Foto dulu sebelum pulang (2) Buluk banget |
Foto dulu sebelum pulang (3) |
"Anak muda punya banyak waktu tapi tidak punya banyak uang. Sudah kerja punya banyak uang tapi tidak punya banyak waktu. Sudah tua punya banyak waktu, punya banyak uang, tapi tidak punya tenaga. Artinya, nikmati selalu proses kehidupan dan jangan pernah membuang waktu dengan sia-sia."
Jleb... Perjalanan sore itu terasa bermakna karena kami bisa mengenal orang-orang baru dengan pengalaman dan pesan yang luar biasa.
Tepat pukul 18.00 kami tiba di Stasiun Bogor Paledang dan langsung melanjutkan perjalanan naik KRL menuju rumah masing- masing dari Stasiun Bogor. Alhamdulillah, perjalanan di hari itu berakhir sudah. Langit malam Stasiun Bogor yang menjadi saksinya. Saya turun di Stasiun Bojong Gede, Acong turun di Stasiun Depok, dan sebagian lainnya turun di Stasiun Pasar Minggu dan Kalibata.
Tepat pukul 18.00 kami tiba di Stasiun Bogor Paledang dan langsung melanjutkan perjalanan naik KRL menuju rumah masing- masing dari Stasiun Bogor. Alhamdulillah, perjalanan di hari itu berakhir sudah. Langit malam Stasiun Bogor yang menjadi saksinya. Saya turun di Stasiun Bojong Gede, Acong turun di Stasiun Depok, dan sebagian lainnya turun di Stasiun Pasar Minggu dan Kalibata.
0 Komentar