Beberapa waktu lalu saya pernah berambisi mengikuti kampus merdeka yang berujung pada konversi SKS dan tentu saja dapat mempercepat proses kelulusan. Sayangnya semua itu hanyalah angan belaka. Selalu saja ada hal yang menghambat, mulai dari proses pendaftaran hingga perekrutan. Kecewa sudah pasti, tapi mungkin takdirnya memang seperti ini.
"Padahal kalau lolos lumayan bisa dapet konversi SKS dan nggak perlu ikut magang sama KKN dari program studi." Pikir saya dalam hati.
Manusia hanya bisa berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Kurang lebih seperti itulah kata-kata yang menggambarkan perasaan saya saat ini. Ketika perasaan dibuat kecewa, tapi ternyata di balik itu semua ada cerita yang lebih indah.
Seandainya saya lolos kampus merdeka, tak mungkin saya merasakan manis pahitnya seminar proposal. Mencari dosen pembimbing ke setiap sudut kampus sambil dikejar deadline yang semakin mepet. Revisi yang tak ada habisnya, hingga momen mengharukan selepas sidang seminar proposal. Ketika sahabat tercinta berbondong-bondong datang membawakan buket sebagai apresiasi. Satu hal dalam hidup yang tak mungkin saya lupakan.
Seandainya saya lolos kampus merdeka, mustahil rasanya saya bisa menikmati keseruan menjadi peserta KKN-DIK dan Studi Pengembangan Wawasan yang diselenggarakan program studi. Berkelana ke beberapa kota dan tempat-tempat indah di Jawa dan Bali bersama sahabat tercinta. Terjun dan berinteraksi langsung dengan masyarakat Madiredo. Hingga menghabiskan malam-malam panjang di atas bus dan kapal.
Seandainya saya lolos kampus merdeka, tentu saja saya tak mendapatkan pengalaman berharga magang di salah satu sekolah di ibu kota. Tak mungkin juga saya mendapatkan teman seperjuangan yang hingga saat ini menjadi support system di semester akhir. Pengalaman ini juga yang mengantarkan saya menjadi tenaga pengajar infal di sekolah tersebut selama 6 bulan selepas magang. Sebuah plot twist dan tentunya rezeki yang tak terduga.
Banyak pula hal lain yang justru saya dapatkan ketika ditakdirkan tak lolos kampus merdeka. Hubungan dengan teman seperjuangan yang makin intim. Merasakan kembali perkuliahan tatap muka setelah sekian lama berada dalam jeratan dunia maya. Juga nikmatnya proses menjadi mahasiswa akhir
Terlepas dari itu semua, sekali lagi saya belajar bahwasanya tak semua hal mesti diburu-buru. Ada saatnya ketika berjalan perlahan justru kita dapat memahami sebuah arti. Tak kalah penting, harap dan doa selalu dipanjatkan kepada pemilik semesta, yang maha membolak-balikkan takdir.
Ditulis di Condet, 7 Maret 2023.
0 Komentar